Banyaknya pengguna internet di Indonesia, menjadikan inklusi keuangan financial technology (Fintech) berada pada pasar yang tepat. Tercatat ada 158 Fintech yang terdaftar OJK pada Agustus 2020. Pertanyaannya, siapa fintech terdepan yang mampu menyasar pasar pedesaan?
Dikutip dari The Asean Post, sebagian besar populasi di Asia Tenggara, khususnya Indonesia tidak memiliki rekening bank - artinya mereka tidak memiliki akses ke layanan bank atau organisasi keuangan.
Fakta ini mungkin terjadi karena kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau. Hampir separuh dari penduduknya tinggal di area rural, sehingga layanan keuangan sulit diakses.
Terlepas dari rendahnya populasi pemilik rekening bank di Indonesia, tingkat penetrasi internet di Indonesia terus meningkat. Berdasarkan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) penetrasi pengguna internet Indonesia 2019 -2020 (Q2), total pengguna internet Indonesia saat ini mencapai 196,7 juta pengguna dengan penetrasi 73,3% dari total populasi Indonesia sekitar 266,9 juta.
Seiring dengan tarif internet dan ponsel pintar yang semakin terjangkau, kini banyak orang di Indonesia mulai memanfaatkan aplikasi digital. Salah satunya ditandai dengan meningkatnya penggunaan dompet virtual di negara ini. Banyak ahli memprediksi bahwa fintech akan menjadi pemain besar dalam dunia perbankan.
Financial Technology (Fintech) atau teknologi finansial merupakan gambaran teknologi baru yang digunakan pada layanan keuangan. Pada intinya, fintech digunakan untuk membantu perusahaan, pemilik bisnis, dan konsumen mengelola keuangan mereka dengan lebih baik dengan memanfaatkan perangkat lunak dan algoritma khusus yang dioperasikan komputer dan ponsel pintar.
Industri fintech telah hadir di Indonesia sejak 2016. Hingga saat ini Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) memaparkan perkembangan industri fintech di tanah air pada akhir kuartal II tahun 2020 sudah mencapai 362 dan 158 diantaranya sudah terdaftar OJK.
Aftech juga menjelaskan jenis solusi fintech yang tersedia di pasar semakin berkembang dan bervariasi. Pada awalnya, fintech Indonesia hanya bergerak pada pembayaran digital (e-money) dan pinjaman online (peer to peer lending). Kini fintech berkembang hingga mencakup Aggregator, innovative credit scoring, perencana keuangan, layanan urun dana (equity crowdfunding), dan project financing.
Solusi fintech yang semakin berkembang akan mengarahkan pada persaingan yang ketat. Perusahaan aplikasi fintech harus mampu memberi layanan maksimal serta berekspansi untuk unggul dalam kompetisi.
Pada dasarnya, semua perusahaan fintech mampu berkolaborasi untuk meratakan inklusi keuangan digital di Indonesia. Satu hal terpenting, semakin cepat perusahaan berekspansi dan memanfaatkan teknologi terbarukan maka ialah yang mampu melebarkan sayapnya ke seluruh wilayah di Indonesia.
Seperti pertanyaan sebelumnya, siapa inklusi fintech terdepan yang mampu menyasar pasar pedesaan? Jawabannya, untuk menjadi yang terdepan dalam pasar Fintech di Indonesia, perusahaan harus melihat fungsinya internet satellite agar ekspansi bisnis di wilayah terpencil dan pedesaan semakin tepat sasaran.
Very Small Aperture Satellite (VSAT) merupakan internet satelit yang telah banyak membantu mobilitas perusahaan yang berada di pelosok negeri. VSAT dikenal sebagai konektivitas jaringan internet perusahaan pertambangan, lepas pantai, healthcare, dan bank yang berada di pedesaan.
Melalui bantuan High Throughput Satellite (HTS), jaringan VSAT dapat 10x lebih kuat. Fintech dapat dengan gagah menggapai pasar pedesaan serta bersaing dipasarnya ketika terhubung dengan konektivitas canggih yakni VSAT HTS.
Teknologi HTS menggunakan spot beam yang fokus pada area yang lebih sempit untuk menyediakan jangkauan di area yang luas, sementara satelite non HTS masih menggunakan wide beam. Dengan spot beam yang lebih fokus, mampu menghasilkan throughput lebih intens, sehingga mengurangi biaya per bit secara signifikan.
Indonesia-ITU Concern Forum (IICF) mengungkap institusi keuangan, seperti Fintech membutuhkan VSAT HTS. Mereka meyakini hadirnya transponder HTS bisa menekan sewa biaya VSAT. Sekitar 25% dari sewa VSAT non HTS sehingga daya belinya terjangkau oleh industri yang.
Dipercaya sebagai salah satu provider konektivitas terbaik, Link Net memberikan SLA sesuai apa yang Anda butuhkan. VSAT HTS Broadband Link Net difasilitasi dengan keamanan yang terintegrasi sesuai dengan institusi keuangan yang membutuhkan keamanan ketat.
Melalui VSAT HTS Broadband (Ka-Band), Link Net memberikan frekuensi 17,7 – 21,2 GHz downlink dan 27,5 – 31 GHz uplink, yang memaksimalkan akses komunikasi ke area terpencil dengan akses internet yang lebih cepat. Sehingga pengguna yang mengakses aplikasi fintech Anda tidak merasa kesulitan saat mengakses aplikasi.
Layanan HTS ini menyediakan cangkupan beam yang besar sebanyak 56 Spot Beams yang tersebar melalui gateway yang berada di Indonesia, Australia dan Filipina. Sehingga meminimalisir gangguan ketika terjadi lonjakan permintaan di wilayah bisnis Anda.
Nikmati penawaran menarik VSAT HTS Link Net. Berikan layanan terbaik untuk pengguna aplikasi Anda dan jadikan bisnis fintech Anda yang terbesar di Indonesia.
Untuk tahu informasi produk lebih lanjut kunjungi layanan VSAT HTS Link Net di sini.