Thermal screening system adalah salah satu perangkat protokol kesehatan yang wajib dimiliki oleh bangunan-bangunan komersial di era pandemi seperti sekarang. Kendati tidak dapat mengkonfirmasi status COVID-19, sistem berbasis inframerah ini dapat mengukur suhu permukaan kulit seseorang – yang bisa menjadi salah satu pendeteksi dini infeksi virus – tanpa kontak langsung. Untuk itulah, rumah sakit, gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, juga tempat menaikturunkan penumpang seperti bandara atau terminal bus harus memiliki alat ini.
Agar efektivitas thermal screening system dapat bekerja maksimal, operator atau petugas penanggung jawab perlu memerhatikan panduan dari FDA (Food and Drug Administration) berikut:
Lokasi penempatan thermal screening system memiliki andil signifikan terhadap efektivitas alat. Idealnya, suhu ruang atau area penempatan alat ini harus berkisar di 20–24°C dengan kelembapan relatif di angka 10–50 persen.
Lebih lanjut, operator juga perlu menjaga alat dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas pengukuran suhu. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), faktor-faktor itu meliputi latar belakang yang reflektif, angin atau sinar matahari langsung, serta pencahayaan buatan.
Sebab, background reflektif seperti kaca, cermin, ataupun permukaan logam berpotensi memancarkan radiasi inframerah yang dipancarkan oleh alat pengukuran suhu ini. Sementara pergerakan udara (angin), sinar matahari langsung, radiasi panas (dari pemanas portabel atau lampu pijar pun lampu halogen) dapat memengaruhi pembacaan suhu permukaan kulit seseorang oleh alat.
Menurut FDA, sejumlah thermal screening system memerlukan penggunaan blackbody calibration source yang berguna untuk memeriksa kalibrasi sensor suhu inframerah. Untuk itu, operator alat ini wajib memeriksa kembali kelengkapan alat sebelum benda tersebut digunakan secara reguler. Apabila buku panduan dari pabrik menginstruksikan keharusan blackbody calibration source, maka operator perlu menambahkan alat ini terlebih dahulu.
Jika kelengkapan alat sudah terpenuhi, operator dapat menjalankan seluruh sistem pembacaan suhu permukaan kulit ini 30 menit sebelum penggunaan regulernya. Hal ini bertujuan untuk menghangatkan sistem terlebih dahulu.
Demi keefektifan proses pembacaan suhu permukaan kulit, operator perlu mengontrol kondisi orang yang akan dicek menggunakan thermal screening system. Sepatutnya, wajah orang-orang itu tidak terhalangi objek apa pun, seperti topi, syal, kacamata, atau pelindung wajah. Selain itu, muka orang-orang itu pun mesti bersih, kering, dan terbebas dari helai-helai rambut.
Kendati begitu, FDA tetap mewajibkan orang-orang yang akan memasuki ruang publik via thermal screening system untuk tetap mengenakan masker di area hidung dan mulut. Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi potensi risiko penularan di ruang terbuka.
Thermal screening system sepatutnya hanya mengukur suhu permukaan kulit seseorang dalam satu waktu. Adapun ketentuan khusus mengenai jarak antara orang dan alat serta tindakan lanjutan setelah proses screening bergantung pada panduan khusus dari masing-masing pabrikan alat. Yang jelas, orang yang akan dicek suhu permukaan kulitnya harus berdiri sejajar dari alat, dengan wajah menghadap langsung alat tersebut.
Demikianlah ulasan mengenai cara meningkatkan efektivitas thermal screening system di ruang-ruang publik. Tak hanya menjadi provider internet kantor, Link Net juga menyediakan solusi thermal screening system untuk kebutuhan protokol kesehatan di lingkungan komersial Anda.
Dengan bantuan tim ahli yang berpengalaman, thermal screening system kami telah dilengkapi fitur Artificial Intelligence (AI) serta dasbor interaktif yang memudahkan pengawasan dan mampu memberikan notifikasi bahaya dini secara real-time. Cari tahu lebih lanjut di sini.