Tahukah Anda, bahwasanya saat ini lebih dari 50% penduduk dunia atau sekitar 4,4 miliar orang dunia tinggal di kota (Bank Dunia)? Diperkirakan jumlah ini terus akan meningkat hingga mencapai 70% pada tahun 2050. Hal ini karena tidak dapat dipungkiri bahwasanya kota menawarkan peluang pekerjaan yang lebih baik.
Namun demikian, peningkatan jumlah orang yang tinggal di kota ini juga membawa permasalahan baru, seperti kemacetan, kebutuhan terhadap tempat tinggal layak dan terjangkau, fasilitas kebersihan dan kesehatan, polusi hingga pelayanan publik.
Smart city hadir sebagai teknologi yang siap membantu pemerintah mengelola kota untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut. Apa itu smart city, dan bagaimana teknologi ini dapat membantu pemerintah menanggulangi berbagai permasalahan di perkotaan? Simak selengkapnya berikut ini:
Smart city adalah kota yang menggunakan berbagai perangkat elektronik, seperti sensor atau kamera untuk mengumpulkan dan mengolah data demi terciptanya keteraturan dan ketertiban di kota tersebut. Adapun Internet of Things (IoT) adalah berbagai perangkat elektronik yang dapat terhubung satu sama lain melalui teknologi internet.
Istilah Internet of Things (IoT) baru muncul pada tahun 1991 ketika sebuah paper berjudul “The Computer of the 21st Century” dipublikasikan, meskipun pada dasarnya penggunaan internet untuk otomasi mesin sudah ada 1 dekade sebelumnya. Adapun konsep smart city pertama kali dipublikasikan oleh IBM pada tahun 2008 di Amerika Serikat. Meskipun demikian, jauh sebelum IBM memulai konsep ini, negara kota Singapura sudah menerapkan berbagai aspek smart city untuk pengelolaan negaranya.
Konsep smart city dengan IoT ini sebenarnya cukup sederhana. Pemerintah akan memasang berbagai sensor di berbagai wilayah untuk mengumpulkan data. Data-data tersebut kemudian dikirimkan ke kantor pusat untuk diolah dan hasil olahannya dikirim secara real time ke aplikasi yang digunakan oleh masyarakat dan pebisnis.
Biasanya, aplikasi ini tidak hanya berisi satu manfaat, tetapi juga berbagai manfaat secara terintegrasi. Misalnya, tidak hanya untuk mengetahui jalanan yang sedang macet atau lengang, aplikasi tersebut juga bisa digunakan untuk mendaftarkan badan usaha yang dikelola oleh masyarakat atau mencari truk sampah yang siap menerima sampah mereka.
Tentunya, dibutuhkan jaringan internet yang baik pada smart city agar semua perangkat dapat berfungsi dengan baik.
Contohnya penerapan IoT dalam smart city adalah Songdo International Business District. Pemerintah Korea Selatan bersama perusahaan teknologi dan developer selesai mengembangkan kota ini menjadi smart city pada tahun 2015 dan kini dihuni oleh lebih dari 150 ribu jiwa. Songdo merupakan salah satu smart city yang dibangun dari 0.
Pemerintah dan developer kota ini menyebarkan ribuan sensor ke seluruh area kota. Data sensor ini kemudian secara real-time dikirimkan ke kantor pusat. Pegawai kantor pusat tersebut lantas dapat melakukan aksi yang diperlukan, seperti menghubungi ambulan jika terjadi kecelakaan atau menghubungi polisi jika ada plat nomor kendaraan penjahat yang memasuki kota. Semua ini dilakukan oleh pegawai tersebut hanya dari komputer mereka.
Lebih lanjut, sampah rumah tangga tidak dibuang dan menunggu truk sampah, sampah rumah tangga tersebut diseleksi dan dikirimkan melalui pipa bawah tanah ke tempat pembuangan akhir yang terletak di beberapa bagian kota. Di tempat pembuangan akhir, sampah tersebut dipadatkan lalu dibakar. Sama halnya dengan sampah rumah tangga, kotoran manusia juga melewati proses serupa. Adapun yang membedakan adalah hasil pembuangan tersebut kemudian diubah menjadi sumber energi.
Adapun beberapa manfaat penggunaan IoT dalam smart city adalah:
Dalam contoh penerapan di atas disebutkan bahwa sensor pada smart city mampu untuk melihat dengan jelas nomor kendaraan bermotor. Dibantu dengan database kepemilikan kendaraan bermotor nasional, petugas dapat dengan segera mengidentifikasi penjahat melalui plat nomor kendaraan yang digunakan.
Selain itu, menurut penuturan pegawai di Incheon U-City Integrated Operation Center sebagaimana yang dipublikasikan oleh Channel News Asia, seseorang bisa terekam di CCTV sensor kota sebanyak 80-90 kali, sehingga jika orang tersebut mendadak menghilang, data perjalanannya sebagian dapat dilihat di CCTV tersebut.
Setiap tahunnya, negara-negara di dunia menghasilkan lebih dari 8 juta ton sampah. 33% sampah ini dibuang begitu saja dengan tanpa pengolahan lanjutan, sementara sisanya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) baik yang terkontrol maupun tidak (CNBC). Sampah yang tidak terkontrol ini memang dapat menjadi pemicu penyakit. Namun, di satu sisi, sampah-sampah ini juga bisa menjadi sumber energi jika dikelola dengan benar.
Pada konsep smart city, sampah dikelola dengan berbagai teknik lanjutan. Pada kasus Songdo di atas misalnya, sampah yang dibuang ke tempat sampah umum secara otomatis akan dipisahkan antara sampah basah dan kering, bisa didaur ulang maupun tidak. Sistem secara otomatis akan mengirim sampah tersebut ke pusat pembuangan yang kemudian akan memadatkannya. Sama halnya dengan kotoran manusia yang kemudian bisa diubah menjadi energi terbarukan.
Tidak hanya sampah, salah satu konsep smart city adalah kota menjadi ramah lingkungan karena menggunakan energi terbarukan dan hemat energi. Energi terbarukan tersebut bisa berasal dari pengolahan limbah sebagaimana contoh di atas maupun menggunakan tenaga matahari (solar energy) yang ditangkap oleh solar panel yang dipasang di setiap lampu jalan atau gedung.
Internet of Things membuat berbagai komponen dalam kota untuk saling terhubung. Termasuk di antaranya adalah masyarakat dan pemerintah. Dengan teknologi ini, beberapa smart city di dunia mengembangkan aplikasi yang mampu menghubungkan masyarakat dengan pemerintah secara langsung.
Santander, Spanyol misalnya mengembangkan aplikasi The Pulse of The City. Di aplikasi ini, masyarakat kota tersebut tidak hanya bisa melaporkan insiden yang terjadi di kota, tetapi juga memilih program apa saja yang cocok untuk kota tersebut.
Dengan kebersihan, keamanan serta komunikasi dengan pihak yang berwajib lebih baik, maka kualitas hidup warga smart city pun diharapkan meningkat. Seiring dengan peningkatan kualitas hidup, diharapkan penduduk kota tersebut hidup dengan bahagia sehingga dapat meningkatkan produktivitas mereka juga.
Sayangnya, penerapan IoT dan smart city bukanlah hal yang mudah. Pemerintah membutuhkan infrastruktur internet yang memadai, serta koneksi internet yang stabil dan aman. Link Net menghadirkan solusi internet untuk sektor publik.
Dilengkapi dengan dedicated internet, fasilitas data center dan remote solution yang memadai, instansi Anda tidak perlu khawatir mengenai keamanan data, kelancaran data dan komunikasi ke cabang, bahkan jika cabang tersebut terletak di area terpencil.
Penulis: Farichatul Chusna.