Pernahkah Anda menebak, mengapa anak didik di sekolah Anda kurang berhasil dalam menangkap mata pelajaran yang diajarkan kepada mereka? Keberhasilan peserta didik di bangku sekolah bisa jadi dipengaruhi oleh banyak hal, mulai dari daya serap mereka, kondisi psikologis, dan berbagai masalah lainnya yang tidak bisa dikontrol secara langsung oleh sekolah.
Namun, ada juga masalah keberhasilan peserta didik yang secara langsung bisa dikendalikan oleh sekolah. Salah satunya adalah ketidakmampuan sekolah menyampaikan bahan ajar dengan cara yang sesuai dengan metode pembelajaran maksimal dari setiap peserta didik.
Sebagaimana umum diketahui bahwasanya metode belajar anak-anak setidaknya terbagi menjadi tiga jenis, yaitu visual, auditori dan kinestetik. Metode pembelajaran tradisional yang menekankan pada ceramah guru seringkali tidak adaptif dengan gaya belajar ini, sebab peserta didik dituntut hanya untuk mendengarkan dan tak jarang ditegur apabila terlalu kritis atau bergerak aktif.
Salah satu solusi dari permasalahan ini adalah dengan mengembangkan metode pembelajaran yang disebut dengan blended learning. Apa itu blended learning dan bagaimana cara mengembangkannya? Simak selengkapnya berikut ini:
Sederhananya, blended learning adalah metode pembelajaran yang menggabungkan antara pertemuan secara langsung di dalam ruang kelas dan pertemuan jarak jauh menggunakan komputer dan internet. Harapannya adalah siswa dengan berbagai macam metode belajar dapat memaksimalkan potensinya menggunakan metode pembelajaran ini.
Metode blended learning memiliki beberapa manfaat, yaitu:
Namun pada praktiknya, penerapan metode pembelajaran blended learning juga memiliki beberapa tantangan, di antaranya:
Salah satu solusi dari permasalahan nomor 3 ini adalah dengan menggunakan solusi edukasi dari Link Net. Solusi edukasi dari perusahaan ini menghadirkan jaringan internet dengan konektivitas kuat dan aman yang dapat memastikan kalau proses pembelajaran dengan metode ini bisa berlangsung dengan aman dan tanpa kendala.
Blended learning bisa diterapkan dengan berbagai model pembelajaran sesuai dengan kebutuhan sekolah. Berikut ini beberapa di antara model blended learning tersebut:
Pada model blended learning ini, teknologi hanya digunakan sebagai suplemen pembelajaran. Ini artinya, teknologi hanya digunakan sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, untuk membantu siswa yang bermasalah dengan keterlambatan belajar atau mengatasi permasalahan pada siswa yang dapat belajar lebih cepat namun mudah bosan.
Sesuai dengan namanya, dalam metode blended learning ini, siswa diminta untuk melakukan rotasi pembelajaran berdasarkan stasiun yang telah dibuat oleh guru sebelumnya. Stasiun dalam model ini biasanya terdiri dari 3 stasiun, yaitu stasiun teacher-led instruction, online instruction, dan collaborative activities.
Dalam model pembelajaran ini, siswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok akan belajar di stasiun yang berbeda sesuai dengan jadwalnya. Misalnya, siswa terbagi menjadi 3 kelompok, A, B dan C untuk mata pelajaran matematika di hari Selasa.
Pada suatu selasa, kelompok A masuk stasiun teacher-led instruction atau kelas tradisional sebagaimana umumnya, sementara siswa dalam kelompok B belajar mandiri dengan sistem online instruction dan kelompok C belajar dengan siswa lain dalam stasiun collaborative activities. Pada hari selasa selanjutnya, kelompok B mengikuti teacher-led instruction, kelompok A belajar dengan siswa lain, begitupun seterusnya.
Model rotasi ini menuntut guru untuk secara hati-hati menyusun jadwal belajar siswa. Tidak hanya itu, guru juga diminta aktif mengawasi siswa yang berada di stasiun online instruction dan collaborative activities.
Kebalikan dari model face to face drive, flex model adalah metode blended learning yang diterapkan dengan cara menyampaikan materi pembelajaran utama secara online dan pertemuan offline dalam metode belajar ini hanya digunakan ketika peserta didik membutuhkan bantuan.
Meskipun demikian, guru atau dosen tetap diminta untuk mengawasi pembelajaran dan mendorong siswa untuk bertanya baik secara individu maupun secara kelompok. Meskipun tampak lebih mudah, namun nyatanya dengan model ini, guru juga dituntut untuk membuat konten materi pembelajaran yang baik secara online.
Pada flex model, siswa bisa belajar dari manapun selama memiliki gawai dan jaringan internet yang kuat. Hal ini berbeda dengan online lab model. Pada metode pembelajaran ini, siswa belajar secara online di satu lokasi, yaitu laboratorium komputer sekolah.
Semua materi pembelajaran akan disampaikan melalui komputer tersebut. Meskipun demikian, guru maupun tenaga pendidik lainnya diminta untuk tetap mengawasi siswa dengan tujuan supaya siswa yang memiliki pertanyaan dapat secara langsung mendapatkan jawabannya.
Kelebihan dari model ini adalah siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan belajarnya sendiri dan dapat mengatasi permasalahan yang ada jika ternyata siswa tidak memiliki gawai atau jaringan internet yang dibutuhkan untuk mengikuti pembelajaran.
Dalam menerapkan metode pembelajaran ini, sekolah harus menekankan 4 prinsip pembelajaran blended learning kepada seluruh tenaga didiknya. 4 prinsip tersebut adalah:
Terapkan keempat prinsip blended learning ini di sekolah Anda dengan menggunakan First Klaz, platform pendidikan berbasis teknologi yang disediakan oleh solusi pendidikan Link Net. Dengan platform ini, Anda bisa mengontrol kinerja guru dan perkembangan belajar siswa secara langsung. Dengan demikian, masalah pembelajaran baik offline maupun online dapat ditangani dengan mudah.
Penulis: Farichatul Chusna.