Di tengah percepatan transformasi digital, serangan siber kini bukan lagi ancaman bayangan, melainkan kenyataan yang bisa terjadi kapan saja. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat bahwa Indonesia menghadapi lonjakan serangan siber yang signifikan dari tahun ke tahun, mulai dari phishing, ransomware, hingga Advanced Persistent Threat (APT) yang semakin kompleks.
Lebih mengkhawatirkan lagi, rata-rata waktu untuk mendeteksi dan menanggulangi pelanggaran data mencapai 277 hari. Artinya, sebagian besar perusahaan bahkan tidak menyadari bahwa sistem mereka sudah terinfeksi hingga semuanya terlambat.
Banyak yang mengira hanya perusahaan berskala besar yang menjadi target, padahal kenyataannya tidak. Pelaku UMKM, sektor pendidikan, rumah sakit, hingga instansi pemerintahan lokal kini juga masuk dalam radar para pelaku kejahatan siber. Serangan terjadi karena banyak sistem belum punya mekanisme deteksi dini dan cenderung masih reaktif.
Salah satu contoh nyata, serangan ransomware terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS2) pada Juni 2024 mengganggu akses ke lebih dari 47 layanan digital pemerintahan, termasuk layanan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. Dampaknya, lebih dari 800 ribu data mahasiswa calon penerima bantuan sempat hilang, dan layanan pendidikan lainnya ikut terganggu. (katadata.co.id)
Mengandalkan antivirus atau firewall saja sudah tidak relevan untuk menghalau serangan canggih yang bersifat terarah dan terus berevolusi. Tanpa deteksi dini berbasis intelijen, organisasi hanya bisa bereaksi setelah kerugian terjadi.
Di tengah kondisi yang makin kompleks, bisnis memerlukan solusi yang tidak hanya bersifat reaktif, tapi juga proaktif. Di sinilah Cyberthreat Intelligence Platform (CTIP) mengambil peran penting.
CTIP dirancang untuk melindungi aset digital melalui sistem peringatan dini (early warning system) yang memantau potensi ancaman sebelum berkembang menjadi serangan nyata. Tak hanya itu, platform ini juga dilengkapi dengan kapabilitas digital investigation dan aksi takedown, termasuk di ranah media sosial, sebuah lini yang kerap diabaikan tapi sering menjadi titik masuk serangan sosial engineering dan penyebaran konten berbahaya.
Dengan CTIP, perusahaan tidak hanya memiliki perlindungan, tetapi juga kemampuan untuk memahami, menyelidiki, dan merespons ancaman siber secara lebih cepat dan menyeluruh.
Dunia digital yang cepat berubah menuntut sistem keamanan yang adaptif. CTIP hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut melindungi, memantau, dan menjaga bisnis Anda tetap tangguh di tengah gelombang ancaman digital. Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut.